Industri Alas Kaki 4.0 Lebih Kompetitif Secara Global

Industri alas kaki adalah salah satu sektor manufaktur andalan yang mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Ini tercermin dalam pertumbuhan kelompok industri kulit, dengan barang-barang kulit dan alas kaki mencatat kenaikan signifikan 9,42 persen pada 2018, dibandingkan dengan sekitar 2,22 persen pada 2017. Pencapaian tahun lalu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.

Ekspor alas kaki nasional juga meningkat sebesar 4,13 persen, dari US $ 4,91 miliar pada 2017 menjadi $ 5,11 miliar pada 2018, kata Hartarto. Menteri Perindustrian menjelaskan bahwa industri alas kaki diprioritaskan karena pengembangannya sebagai sektor padat karya yang berorientasi ekspor. Seiring dengan industri tekstil dan pakaian, industri alas kaki juga dipersiapkan untuk memasuki era industri 4.0, sehingga lebih kompetitif secara global dan ekspor meningkat. PT KMK adalah salah satu model yang menerapkan masa depan produksi, tambahnya.

Indonesia memiliki kontrak perdagangan senilai 130 juta dolar AS sebagai tindak lanjut dari kegiatan misi perdagangan ke Mesir yang dilakukan Perdagangan Kimia pada 2017. Misi perdagangan yang dipimpin oleh Direktur Pengembangan Ekspor Perdagangan Perdagangan Kimia Jenderal Arlinda telah berhasil memfasilitasi kontrak perdagangan antara Perusahaan Induk Perkebunan milik Negara PTPN III (Persero) dan PT Chita Agri Indonesia dengan salah satu perusahaan pemrosesan dan distribusi minyak sawit Mesir Oleo Misr Co.

Ekspor minyak sawit Indonesia ke Mesir cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dengan kedekatan Indonesia-Mesir, kami optimis dapat bekerja pada potensi pasar Mesir, Arlinda mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta pada hari Kamis. Selain itu, Mesir juga dapat digunakan sebagai hub untuk memasarkan produk minyak sawit Indonesia ke Afrika, katanya.

Baca juga: Kursus Bahasa Kampung Inggris.

Dalam kontrak perdagangan, PTPN III (Persero) akan memasok minyak kelapa sawit sebesar 10.000-16.000 metrik ton (MT) per bulan dengan nilai US $ 100 juta selama 2019 sementara PT Chita Agri Indonesia akan memasok minyak sawit 4.000-5.000 MT per bulan dengan nilai US $ 30 juta. Jika perkiraan harga minyak sawit adalah US $ 5.000 per MT, maka potensi transaksi yang akan dihasilkan oleh kedua perusahaan akan mencapai US $ 130 juta.

Perjanjian kontrak dagang ditandatangani melalui nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Indonesia dan perusahaan Mesir. Penandatanganan dilakukan saat rapat kerja Kementerian Perdagangan di Shangri La Hotel, Jakarta, Selasa (12/3). Penandatanganan MoU difasilitasi oleh Departemen Perdagangan bersama dengan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).

Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US $ 0,33 miliar pada Februari 2019 karena penurunan impor yang tajam, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Surplus dihasilkan dari penurunan tajam dalam impor meskipun ekspor juga turun. Tetapi ini adalah berita baik karena akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal pertama, Kepala BPS Suharyanto mengatakan di Jakarta pada hari Jumat. Visit web.

Dibandingkan dengan Januari, ekspor turun 10,03 persen menjadi US $ 12,53 miliar dan impor turun 18,61 persen menjadi US $ 12,2 miliar di Februari, katanya. Dia mengatakan surplus perdagangan pada bulan Februari adalah buah dari komitmen pemerintah untuk memangkas defisit perdagangan melalui berbagai kebijakan. Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah menaikkan pajak impor barang mewah. Kebijakan telah berada di jalur yang benar meskipun kami masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan momentum ini, katanya.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore turun setelah menguat dalam tiga hari terakhir berturut-turut. Nilai tukar rupiah sore ini melemah 13 poin menjadi Rp14.278 per dolar AS dari Rp14.265 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Futures Ibrahim Assuaibi menyatakan di Jakarta pada hari Kamis bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu terkait dengan masalah Brexit dan melemahnya yuan. Anggota parlemen Inggris memilih untuk menolak meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian penarikan. Sementara itu, yuan juga jatuh setelah rilis data output pabrik di bawah yang diharapkan, katanya.

0 comments: