Nilai ekspor batubara bahan bakar mineral di Aceh selama periode Januari-Maret 2019 meningkat sekitar 46,84 persen menjadi lebih dari US $ 40,05 juta, dari $ 27,27 juta yang tercatat selama periode yang sama tahun lalu. Selain naik 46,84 persen dibandingkan dengan tahun lalu, batubara juga mendominasi ekspor Aceh dengan berkontribusi 53,28 persen, Kepala Badan Pusat Statistik Aceh Wahyudin mengatakan di Banda Aceh pada hari Rabu.
Selain batu bara, enam komoditas ekspor non-migas Aceh - kopi, teh, dan rempah-rempah - menyumbang 30,41 persen dari total ekspor senilai $ 22,86 juta. Komoditas kimia anorganik menyumbang 5,79 persen, dengan nilai ekspor $ 4,35 juta, diikuti oleh ekspor buah, sekitar 4,16 persen sebesar $ 3,12 juta; dan berbagai produk kimia, 2,69 persen, senilai $ 2,02 juta.
Sistem Kerja Sama Bagi Hasil Dalam Rental Mobil- Ada juga bentuk atau sistem rental mobil bali lepas kunci. Presiden Direktur PT Mifa Bersaudara Slamet Haryadi mengakui bahwa ekspor batubara dari wilayah pantai barat Aceh hingga Mei 2019 adalah yang tertinggi dan menyaksikan tren positif. Ini merupakan indikasi kemajuan penjualan batubara oleh PT Mifa Bersaudara dan PT Bara Energi Lestari, Haryadi mengatakan.
Pihaknya telah memperoleh data tentang angka pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Aceh Nomor 21/05 / Th.XXII pada hari Senin, 6 Mei 2019, yang mengindikasikan ekspor batubara dari provinsi paling barat Indonesia belum berada pada posisi tertinggi.
Haryadi berpendapat bahwa kesimpulan utama yang dapat diambil dari informasi BPS Aceh adalah bahwa ekspor batubara masih menjanjikan dan selalu melampaui kontribusi ekspor Aceh dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ekspor batubara Aceh belum menjadi poin penting dalam mendukung perekonomian, tambahnya. Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI / bank sentral) di Provinsi Gorontalo berkomitmen untuk membantu usaha mikro-kecil dan menengah (UMKM) setempat mengembangkan eceng gondok.
Asisten Analis untuk Implementasi Fungsi Pengembangan UMKM kantor provinsi BI Gorontalo, Muhammad Asep Zaenal Ansory, mengatakan di sini Rabu bahwa komitmen dilakukan melalui program pelatihan untuk kerajinan eceng gondok.
Nama program ini adalah program pelatihan dasar untuk mengembangkan kerajinan eceng gondok, salah satu tahap pengembangan produk eceng gondok yang baru diperkenalkan pada 2018, katanya.
Dia mencatat bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari fase pertama untuk kelompok Tiar Handmade, salah satu kelompok baru di perwakilan BI di Gorontalo untuk eceng gondok.
Pada tahap pertama ini, dengan fokus pada penelitian dan pengembangan produk, kami ingin tahu apa kerajinan eceng gondok, bagaimana membuatnya, dan menentukan kualitas yang diinginkan pembeli, kata Asep. Mereka juga ingin melakukan penelitian tentang tren apa yang sedang berkembang dan dijual di pasar.
Setelah ini, ada tiga tahap lagi, mulai dari pengembangan akses modal, kemudian pemasaran dan pelembagaan. Jadi, dari kelompok yang terjaring, diharapkan akan ada komitmen, bukan hanya pelatihan, katanya. Tindak lanjut dari program ini adalah bahwa setiap peserta dapat secara aktif memproduksi eceng gondok dan menjadi pemasok untuk kelompok Tiar Handmade. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L. P. Marsudi dan mitranya dari Suriname, Yidiz Deborah Pollack-Beighle, setuju untuk mengintensifkan kemitraan ekonomi antara kedua negara.
Indonesia dan Suriname telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, kata Marsudi di Paramaribo, Suriname, setelah pertemuannya dengan menteri luar negeri Suriname, Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat dalam sebuah pernyataan di Jakarta, Selasa.
Marsudi telah memulai kunjungan kerja ke Suriname, yang pertama dalam 26 tahun terakhir. Dia juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Suriname Desire Delano Bouterse. Indonesia dan Suriname telah berbagi hubungan khusus, karena negara itu, yang terletak di benua Amerika Selatan, juga merupakan rumah bagi orang-orang keturunan Jawa yang berbicara bahasa tersebut.
Berbagi hubungan sejarah dan budaya khusus, itu wajar bagi Indonesia dan Suriname untuk memperdalam hubungan bilateral mereka di berbagai bidang, khususnya pembangunan ekonomi, dia menunjukkan. Di bidang ekonomi, kedua negara akan meningkatkan kerja sama dalam pengembangan infrastruktur, pertambangan, energi, pengembangan perbankan syariah, dan peternakan, terutama di bidang inseminasi buatan.
Indonesia telah menyatakan minatnya untuk mengambil bagian dalam proyek pembangunan infrastruktur di Suriname, termasuk yang didanai oleh Islamic Development Bank, kata Marsudi. Selama kunjungannya, kedua negara menandatangani perjanjian kerjasama visa untuk kunjungan singkat bagi pemegang paspor diplomatik, resmi, dan biasa.
0 comments:
Post a Comment