Optimisme Peningkatan Ekspor Perhiasan Emas Ke AS

Impor minyak dan gas pada Desember 2018 turun 31,45 persen dibandingkan November 2018 dan 23,33 persen dibandingkan Desember 2017. Di antara komoditas non-migas, impor bahan kimia organik mencatat penurunan terbesar US $ 174,4 juta, atau 27,07 persen , sedangkan impor buah-buahan memperlihatkan peningkatan terbesar US $ 69,8 juta atau 68,90 persen. Peningkatan ini merupakan hasil dari permintaan buah selama liburan Natal dan Tahun Baru, katanya.

Tiga negara terdaftar sebagai pemasok komoditas nonmigas impor terbesar ke Indonesia tahun lalu. Mereka adalah Cina dengan nilai US $ 45,24 miliar, atau 28,49 persen, Jepang dengan nilai US $ 17,94 miliar, atau 11,30 persen dan Thailand dengan nilai US $ 10,85 miliar, atau 6,83 persen. Impor nonmigas dari negara-negara anggota ASEAN mencapai 19,85 persen dan Uni Eropa mewakili 8,86 persen.

Pengusaha Indonesia yang bergerak dalam bisnis perhiasan, Michael Susanto Yahya, menyatakan optimisme tentang peningkatan ekspor perhiasan emas ke AS di tahun-tahun mendatang. Saya percaya pertumbuhan ekspor emas kami ke AS tahun ini bisa 50 persen lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, kata Yahya di Washington DC, Selasa.

Yahya, yang juga menjabat sebagai general manager Ekspor Pasar PT Untung Bersama Sejahtera (UBS), menyatakan bahwa produk yang paling laku di AS adalah kalung emas. Kalung emas, menurutnya, sangat diminati oleh orang Amerika, tidak hanya wanita tetapi juga pria. Bahkan banyak rapper memakainya sebagai aksesoris untuk mendukung kinerja mereka.

Namun, Indonesia harus mampu bersaing dengan eksportir perhiasan lain seperti Yordania, Republik Dominika, dan Afrika Selatan. Untuk melakukannya, Indonesia memiliki beberapa keunggulan termasuk harga yang kompetitif dan layanan pengiriman yang lebih baik. Yahya mengungkapkan bahwa ekspor emas dan berbagai perhiasan emas ke AS dapat mencapai sekitar US $ 200 juta per tahun.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

PT UBS, di mana ia menjabat sebagai salah satu manajer umum, adalah perusahaan swasta yang bergerak di industri perhiasan emas sejak 1981 dengan nama awal CV Untung di Surabaya. Sejak mengubah namanya menjadi PT UBS pada tahun 1991, perusahaan ini telah berkembang pesat dan sekarang dapat mengekspor emas ke AS, Timur Tengah, Hong Kong, Singapura, dan Uni Eropa.

Emas UBS yang memiliki sejumlah merek perhiasan juga dapat ditemukan di puluhan toko emas di Indonesia. Seperti dikutip oleh kantor berita Xinhua, emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sebagai akibat dari melemahnya dolar AS dan penurunan ekuitas.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari meningkat 1,80 dolar AS, atau 0,14 persen, menjadi menetap pada 1.291,30 dolar AS per ounce. Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah. Ketika dolar AS turun, emas berjangka biasanya naik, karena emas yang dinilai dalam dolar AS lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.

Utang luar negeri Indonesia naik 7 persen tahun-ke-tahun menjadi US $ 372,9 miliar pada akhir November 2018, menurut Bank Indonesia. Utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral senilai US $ 183,5 miliar dan utang perusahaan swasta dan negara senilai US $ 189,3 miliar, kata bank sentral dalam statistik utang luar negerinya yang diterbitkan Selasa.

0 comments: