Dugaan Monopoli Dalam Penjualan Bahan Bakar Avtur

Ketua Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa jumlah wisatawan yang tiba di Indonesia pada tahun 2018 telah mencapai 15,8 juta pelancong asing dan 265 juta pengunjung domestik. Ketua PHRI optimis bahwa target 20 juta kedatangan wisatawan asing pada tahun 2019 akan tercapai melalui strategi tertentu.

Tahun ini, kami mendukung pemerintah dengan menciptakan program untuk meningkatkan jumlah kamar hotel dan restoran. Lebih dari itu, kami juga merencanakan strategi dengan menawarkan produk hot deal dan mengintensifkan kerja sama bisnis-ke-bisnis dengan maskapai besar dan biro perjalanan online, kata Sukamdani. Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memanggil perusahaan minyak dan gas negara PT Pertamina atas dugaan monopoli dalam penjualan bahan bakar turbin penerbangan (avtur) yang diyakini telah menyebabkan peningkatan tiket pesawat.

Sehubungan dengan tiket pesawat, terus terang, saya terkejut dan malam ini saya baru saja diberitahu tentang fakta bahwa avtur yang dijual (di Bandara Soekarno-Hatta) dimonopoli oleh Pertamina, katanya dalam sebuah gala dinner yang menandai peringatan ke-50 tahun Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jakarta Convention Hall, Senin malam.

Presiden mengatakan akan menanyakan kepada direktur utama Pertamina tentang masalah ini. Besok pagi saya akan memanggil Direktur Utama Pertamina. Pilihannya hanya satu, katanya. Dia mengatakan akan bertanya pada Pertamina apakah avtur bisa dijual dengan harga yang sama dengan harga internasional. Jika tidak bisa, saya akan memanggil pesaing lain sehingga akan ada kompetisi, katanya.

Dia mengatakan tingginya harga avtur mengganggu industri penerbangan di negara ini. Ini akan langsung berdampak pada tiket pesawat tinggi. Ketua PHRI Haryadi Sukamdani mengatakan sebelumnya kinerja sektor pariwisata terganggu oleh kenaikan tiket pesawat.

Rupiah Indonesia anjlok 79 poin menjadi ditutup pada Rp14.034 per dolar di pasar spot antar bank Jakarta pada Senin malam di antara defisit transaksi berjalan negara yang lebih tinggi dari perkiraan, antara lain.

(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)(*)

Berita domestik menyebabkan rupiah melemah. Defisit transaksi berjalan kami yang diumumkan Jumat lalu melebihi perkiraannya. Bahkan, ini lebih tinggi dari defisit kuartal ketiga, analis pasar uang Dini Nurhadi Yasyi dari Monex Investindo Futures mengatakan pada hari Senin.

Rupiah ditutup pada Rp13.955 per dolar sebelumnya. Defisit transaksi berjalan pada kuartal keempat 2018 adalah US $ 9,1 miliar, atau 3,57 persen dari produk domestik bruto nasional (PDB). Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan tahun lalu mencapai 2,98 persen dari PDB, naik dari 1,6 persen dari PDB pada 2017.

Di sisi eksternal, pasar global relatif stabil pada hari Selasa. Investor lebih suka berinvestasi dalam dolar sebagai tempat yang aman karena pasar masih khawatir tentang perlambatan ekonomi global setelah bank sentral Australia, Inggris, dan Eropa secara bersamaan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka, kata Yasyi.

Karenanya, dalam jangka menengah, rupiah masih berpeluang menguat di kisaran Rp13 ribu hingga Rp14 ribu per dolar, katanya. Rupiah diperdagangkan pada Rp13.988 per dolar di pagi hari. Sepanjang Senin, rupiah bertahan di kisaran Rp13.985 hingga Rp14.048 per dolar. Sementara itu, menurut kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin, rupiah jatuh ke Rp13.995 per dolar dibandingkan dengan Rp13.992 di hari sebelumnya.

Aset cadangan resmi Indonesia pada akhir Januari 2019 cukup tinggi, yaitu US $ 120,1 miliar. Aset lebih rendah dari $ 120,7 miliar pada akhir Desember 2018, Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) untuk Komunikasi Agusman mencatat dalam sebuah pernyataan di sini pada hari Senin. Posisi aset cadangan setara dengan pembiayaan impor 6,7 bulan atau impor 6,5 bulan dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan cadangan internasional impor tiga bulan.

0 comments: